22 August, 2006

Merdeka....

Tanggal 17 Agustus tahun ini, bahkan mungkin tahun-tahun sebelumnya, sangat ditunggu-tunggu kita semua. .....untuk merayakan hari kemerdekaan kita? Saya rasa tidak. Seperti saya misalnya. Untuk saya perayaan hari kemerdekaan kita itu, khususnya tahun ini, saya tunggu-tunggu karena ..liburnya panjang... he..he....
Tapi memang bener. Di hari libur yang panjang itu saya pergunakan untuk silaturrahmi sama keluarga, Bapa, Ibu, Ade-ade, Kakak jeung baraya lainnya. Jujur,.. itu yang saya rasakan. Mengenai perayaan kemerdekaan itu sendiri, saya melihatnya sudah kurang pas dengan arti kemerdekaan yang direbut melalui para pejuang kita dulu. Perayaan sekarang kurang mendidik generasi baru untuk mengerti apalagi menghayati kemerdekaan. Sekedar refreshing dari kesibukan sehari-hari saja.
Apalagi kalo kita mau bertanya,... sudah merdekakah kita? Terlebih di negara yang "terpuruk" ini, negara yang kita cintai.
Buat saya yang terpenting saat ini adalah, memerdekakan hati kita dari segala belenggu kemunafikan, keserakahan, kedengkian, iri,............

12 August, 2006

Merenung


Ngelamun?............
Bukan, mereka tengah melihat kebesaran alam, laut yang begitu luas tak berbatas, angin yang berhembus kencang terasa namun tak terlihat, burung-burung terbang di atas mereka, ikan yang bisa bernafas di laut. Semuanya terlihat sangat memukau, lujar biasa...........bagi orang yang mau merenungkan hal itu. Bagi sebahagian lain,...itu biasa saja.
Seperti halnya hari ini. Saya berangkat kerja melalui Bantar gebang ke arah Setu dan tembus ke Cikarang. Melalui daerah ini kita melewati suatu wilayah TPA (pemuangan sampah akhir) yang sangat kotor, kumuh,..... bau pula. Ke tempat ini warga jakarta membuang sampah, apapun bentuknya. Di mana-mana tumpukan sampah. Di satu sudut sebelah kanan saya, di antara tumpukan sampah itu, ada seorang laki-laki dengan pakaian compang-camping,.. kotor. Saya perhatikan dia..... dan saya berkesimpulan bahwa dia orang kurang waras (gila..mungkin) karena dia bicara sendiri, tertawa sendiri, kadang-kadang nangin dan teriak. Yang sangat mengherankan saya, laki-laki ini bisa diam seperti patung sampil telapak tangannya di buka di bagian bawah,.... dan tiba-tiba tangannya dihentakkan, ...menangkap lalat-lalat yang berkerumun di sekitarnya,...... dan dia memasukkannya ke mulut, mengunyahnya, dan menelannya. Kok Bisa,..kok ngga sakit?, itukan kotor?.... Saya tidak hanya sekali melihat orang ini melakukan itu, apa dia ga pernah sakit? Makan nasi ngga ya? Kalo makan nasi dari mana nasinya?
Di sekitar orang tadi, masih banyak lagi orang-orang yang melakukan aktifitas rutinnya,.. memulung sampah yang bisa dijual, seperti plastik, kardus dll. Pagi-pagi sekali mereka sudah keluar "rumah" yang terbuat dari kardus. Di sekitar rumahnya ada genangan air yang kotor dan bau. Sampah di mana-mana. Bila hujan, bisa dibayangkan bagaimana lingkungan mereka, rumah mereka. Tapi kok bisa mereka hidup di sana.
Renungkan. Bagi sebahagian orang , aktifitas mereka mungkin biasa-biasa saja. Dan itu banyak terjadi di kota-kota besar. Tapi coba sekali lagi renungkan dalam-dalam. Nilai-Nilai apa yang bisa kita ambil dari fragmen yang saya lihat tadi.
Allah memberikan kita rizki dari segala sesuatu yang tidak disangka-sangka. Kita tidak bisa memperkirakan kehendakNya. Renungkan,...... mudah-mudahan bertambahlah ilmu kita,...pengertian kita........

09 August, 2006

Chika tea

Saya belum cerita tentang anak pertama saya. Asak saya ini lahir dengan berat kurang dari 3 kg. Pertumbuhan fisik dan psihisnya setelah kelahiranpun tidak menghawatirkan. Anak ini tumbuh dengan cepat, kecuali pertumbuhan rambutnya. Saat pertama kali cukuran (dibotakin) rambutnya tidak segera tumbuh. Satu tahun saya harus bersabar untuk melihat rambutnya tumbuh kembali. Dia jadi seperti fisiknya laki-laki. Pernah suatu ketika di sebuah toserba, pembeli lain di samping dia memanggilnya "mas". Lucu juga ya... sekalian kasian juga. Tapi lama kelamaan, tuh rambut tumbuh juga.... and sekarang malah maunya dipotong pendek.
Sekarang Chika saudah kelas 4 SD. Lebih menyukai segala sesuatu yang bersifat seni, sosial dll dibanding dengan yang bersifat eksak seperti matematika dll. Di sekolahpun ia berkambang di atas rata-rata teman lannya,.. walaupun bukan...eh belum juara kelas. Ia suka juga komputer dan sudah terbiada dengan brosing di internet. Waktu pertama kalinya dia saya tunjukan blog saya, komentarnya macam-macam. Mungkin ada baiknya kalo saderek sadayana mau memberi sedikit komenter buat dia,... yang bisa dia baca,...dan bisa dia balas, dia pasti akan senang,
Udah dulu ah,.. cerita anak melulu,... besok-besok saya akan tulis yang lainnya, supaya gak bosen. Wassalam.

04 August, 2006

Paksa atau sukarela


Pendidikan bagi anak-anak,... semua pasti setuju merupakan salah satu "kebutuhan" keluarga. Semua orang tua tentunya ingin memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Semua berlomba sekuat tenaga ingin menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah pavorit di lingkungannya. Sampai-sampai sebagian dari kita lupa bahwa pendidikan itu bukan hanya menyekolahkan anak-anak, tapi juga segala pengetahuan yang kita miliki, kebiasaan-kebiasaan baik, yang semuanya mengkristal menjadi tauladan yang dengan sangat mudah diikuti dan bisa mendarah daging pada diri anak-anak kita.
Saya punya pengalaman unik mengenai hal ini. Anak kedua saya, Chiara, pada usianya yang ke 3 ingin sekolah bersama teman-temannya. Jadi saya daftarkan di sekolah yang menurut saya bagus, menurut saya. Hal yang unik dari anak saya adalah, ia tidak suka pakaian yang berkancing (semua pakaian hariannya kaos oblong). Jadi saya minta pihak sekolah untuk membuat khusus seragam anak saya tidak berkancing, tapi dengan sleting.
Hari pertama masuk sekolah seprtinya tidak ada masalah apa-apa, sampai pada hari ke tiga ia tidak mau masuk sekolah. Ada apa?.... sampai hari ini saya tidak berani menebak ada apa. Ia hanya beralasan tidak mau memakai baju yang berkancing,.. padahal baju seragamnya tidak berkancing. Beberapa hari kemudian saya tawarkan untuk masuk kembali ke sekolah, ia mau, tapi harus diantar. Tapi hari berikutnya dan hari-hari setelah itu ia tidak mau pergi ke sekolah lagi.
Rugikah saya?.... secara finansial saya mungkin rugi, karena uang yang telah saya bayarkan tidak bisa dikembalikan oleh sekolah. Tapi yang lebih rugi lagi adalah batin saya yang merasa tidak bisa memberikan "pendidikan" kepada anak saya ini. Saya sering mengeluhkan masalah ini (curhat) kepada rekan-rekan saya yang mungkin punya pengalaman yang sama. Tapi tidak juga mendapat jawaban, sampai saya menemukannya sendiri dari dalam diri saya,.. hati saya,... bahwa pendidikan yang saya maksud bisa saya berikan dari lingkungan rumah saya sendiri. Dan yang paling saya rasakan "manjur" adalah memberikan contoh kepada anak-anak tentang segala sesuatu yang kita anggap baik. Saya tidak memaksakan sesuatu yang dia tidak mampu melakukannya. Tidak mau sekolah...........? biarlah, saya akan sabar menunggu sampai dia mau.
Sampai dia berumur hampir lima tahun dia belum juga mau masuk sekolah, sementara teman-teman seumur di lingkungan saya sudah sekolah semua. Tapi kesabaran saya itu rupanya diperhatikan oleh Allah. Beberapa saat sebelum masa sekolah mulai, anak saya mau sekolah dan memilih sekolah yang, menurut saya, kurang bagus. Tapi ternyata saya yang salah. Anak saya sangat menikmati kegiatannya di sekolahnya yang sekarang, yang menurut saya lebih "sumpek", fasilitasnya kurang memadai, dll. Saya kaget karena dalam waktu kurang dari 2 minggu anak saya sudah dapat melafalkan beberapa doa, surat pendek,... dan ia lebih percaya diri dan mandiri. Padalah saya berencana, sebelumnya, akan "memaksa" anak saya untuk sekolah,.... saya salah.... saya tahu itu.
Sekarang anak saya duduk di TKB, dan dari raut mukanya saya tahu bahwa dia senang karena telah mendapatkan apa yang ia inginkan, bukan paksaan dari saya, tapi ia mendapatkannya sendiri.....secara sukarela.
Mudah-mudahan pengalaman ini ada manfaatnya bagi diri saya dan keluarga, juga tentunya bagi saudara-saudara yang lain yang punya masalah yang sama. Jangan putus asa,.. jangan kecewa,... percayalah Allah telah mentukan rencanaNya yang sangat sesuai bagi kita.