11 September, 2007

Marhabban ya Ramadhan

Assalamualaikum Wr. Wb.

Ramadhan sudah di ambang pintu, dan jika Allah berkehendak InsyaAllah kita akan menemukan Ramadhan yang penuh barokah. Kita berharap gelar taqwa menjadi milik kita yang berharga sebagai modal langkah kita selanjutnya. Salah paham, ego, kesedihan, sakit hati, adalah proses dari kehidupan kita.

Tapi Allah membuatnya menjadi sangat sempurna. Tidak ada yang sia-sia dari apa yang sudah Allah kemas dengan baik dalam bingkai kehidupan kita. Tidak ada yang lebih mulia pada hari di mana para malaikat memanjatkan doa, di mana tidak ada kegiatan baik yang tidak dilipatgandakan amalannya.

MAKA NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN..........

Teringat ayat ini terus berulang...........,
Teringat kelemahan diri akan segala khilaf dan salah..........
Semoga Ramadhan ini membewa perbaikan dan kesejukan..........
Seperti layaknya embun di padang yang gersang,.........
Semoga di masa yang akan datang terus dianugerahi kebeningan hati.....
Seperti layaknya telaga Kautsar......

Dengan segala kekurangan dan kerendahan hati serta keikhlasan, dengan semua kekhilafan dan kelalaian yang pernah kami sekeluarga lakukan, jauh di dalam hati yang senantiasa di dalam genggaman Allah, kami mengucapkan Marhabban yan Ramadhan,... mohon maaf lahir dan Bathin. Semoga Allah mengampuni segala dosa kita serta memberikan BarokahNya di bulan yang penuh hikmah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

19 July, 2007

Harus Khawatir atau Bangga?


Hari ini adalah hari ke empat anak kedua saya, Chiara, sekolah di kelas 1 SD. Dan merupakan hari-hari pertamanya melakukan perjalanan sekolah yang agak jauh dari rumah. Sebagai orang tua ada sedikit kekhawatiran saya akan kegiatan anak saya "yang agak jauh dari rumah" ini. Makanya saya mencari sebisa mungkin menyelenggara jemputan sekolah yang saya kenal.
Hari pertama sekolah-pun, saya cuti dari pekerjaan, dan diam-diam ikut melihat kegiatan anak saya dari jauh, untuk memastikan "kemampuan" kemandiriannya. Dia juga yang menolak untuk diantar ke sekolah,... dia hanya mau berangkat sekolah hanya apabila naik jemputan. ... hal ini membanggakan,...inikah kemandiriannya? atau perlukah saya kawatir, karena dia "sendiri" di sekolah. .... Tapi mungkin perasaan saya ini hanya sesaat sebagai orang tua,.. mudah-mudahan.
Tapi hari ini,.. anak saya sebagaimana biasanya berangkat ke sekolah dengan jemputan sekolah. Sebelum sampai ke sekolah driver dari jemputan itu telepon saya dan mengatakan bahwa anak saya sakit perut dan tidak mau sekolah. Jadi saya minta kepada driver itu untuk mengantar anak saya pulang saja. Di sini muncul lagi kekhawatiran saya. Mungkin saderwek masih ingat cerita saya tentang snak saya yang satu ini. Pada awalnya dulu dia agak susak untuk diajak pergi ke sekolah (PG atau TK,.. ). Mungkinkah dia takut akan sesuatu sehingga dia berusaha berbohong dengan mengatakan bahwa dia sakit perut, karena sesampainya di rumah dia bilang sakit perutnya sembuh? atau benar-benar sakit perut. Yang saya khawatirkan,... apakah dalam konteks ini dia sudah "bisa" secara sadar melakukan perbuatan "berbohong"? Mudah-mudahan tidak.
Walau khawatir, saya tetap bangga akan anak saya ini karena kemandiriannya.